hidup dan mati dengan dakwah. untuk umat yang kita cintai ini.
jane austen menulis contemporary romance. saat itu menikah adalah segala-galanya untuk seorang perempuan. mempunyai suami adalah sebuah cita-cita, kerjaya dan masa depan wanita zaman itu. menjadi anak dara tua samalah dengan tidak sekolah dan tidak ada sebarang kerja. dan bakal menghabiskan duit ibu bapa, dan menjadi beban mereka.
jadi menikah bukanlah satu benda yang main-main.
ia semacam memilih corak kehidupan. ekonomi kita ditentukan dengan kerja atau pendapatan suam, how well connected he is define our position in society, perangai nya menentukan kebahagiaan.
jadi ketiadaan suami adalah suatu ketakutan yang nyata
saat ikhwah bertanya apakah salah untuk menikah dengan bukan akhwat. aku berat mengizinkan, sedang akhwat masih ramai yang belum menikah
kita sedang bicara soal yang lebih besar dari kehidupan
mahu berdakwah.. masa cuma asal-asalan
memang kadang kia merancang sesuatu, dan perancangan Allah yang lebih baik itu mendahului
memang..
menikahi ikhwah bukanlah pilihan yang paling mulia
tapi rasanya, mindset kita untuk membuat pilihan menunjukkan fikrah yang kita ada
Allah menjanjikan yang terbaik buat hamba NYA
kenapa takut..sedangkan semuanya sudah tertulis sesuai janji Dia
kadang keluarga yang kita sayangi sepenuh jiwa itu. menghambat dakwah kita tanpa mereka sengaja
dan kita harus terima saja kerana Allah telah memilih mereka untuk kita
tapi seorang suami, sama ada jadi penghambat atau pendukung dakwah
masih ada pilihan di tangan kita
terserah..akhirnya
ps: ini adalah satu post yang menakutkan. Untuk seorang yang masih belum diuji dengan baitul muslim berkata sebegini. moga Allah beri yang terbaik sesuai kehendakNYA. moga tidak diuji dengan yang aneh-aneh
seorang murabbi yang saya hormati pernah berpesan. bila saya timbulkan isu ini.
kadang-kadang kita lupa menanggapi naluri manusia
entahlah.ujian tiap orang sangat beda-beda.banyak yang saya kena belajar. mohon doanya